Thursday, November 12, 2015

Ukhuwah Islamiyah

UKHUWAH

Pengertian
Menurut kamus dewan Ukhuwah bermaksud persaudaraan. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Ukhuwah Islamiah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta dan sikap hormat kepada setiap orang yang sama-sama diikat dengan Aqidah, iman dan takwa.
Menurut Imam Hasan Al-Banna :
-Ukhuwah ialah : hati dan jiwa ditautkan dengan akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kuat dan paling berharga.
-Ukhuwah adalah saudara bagi iman. Perpecahan adalah saudara kepada kekufuran. Kekuatan yang paling ampuh ialah kekuatan kesatuan. Tiada kesatuan tanpa kasih sayang.
-Kasih Sayang yang paling rendah ialah berlapang dada dan yang paling tinggi ialah Ithar.
-Saudara Islam yang sebenar, memandang saudaranya adalah lebih utama dari dirinya.
-Seorang mukmin dengan saudara mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan yang saling menguat antara satu sama lain.
-Ukhuwah adalah rahsia kekuatan dan tonggak kejayaan.


Firman Allah SWT :

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara.”
( Ali Imran [3]: 103).

“Dan (Dia-lah) yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allaah telah mempersatukan hati mereka.  Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( Al Anfal [8]: 63).


Kenikmatan ukhuwah karena Allaah yang berlandaskan iman dan takwa inilah yang akan kekal sampai hari akhir. Firman-Nya :

 “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagian yang lain, kecuali orang yang bertakwa.” ( Az Zukhruf [43]:67).

Dasar Perintah Ukhuwah

Diantara dasar wajibnya menggalang ukhuwah islamiyyah adalah firman Allaah :

 “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian,  dan bertakwalah kalian  kepada Allah supaya kalian  mendapatkan rahmat.” (al-Hujurat [49]: 10).

Sabda Rasulullah SAW :
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Ukhuwah ada 3 tingkatan.
1. Salamatussadri.( سلامة الصدر)
- berlapang dada dan bersangka baik pada rakan2. Jika ada masalah, perlu dapatkan penjelasan.
2. Almasawaah (مساواة)
- kesama rataan. Apa yg kita dpt nak dikongsikan bersama. Kongsi sama rata. Tak lebih tak kurang.
3. Al ithar (الايثار)
-Melebihkan. Apa yang kita dapat, diberikan lebih pada org lain. Hanya sedikit utk diri sendiri.



KISAH UKHWAH

Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang Yarmuk
Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan, “Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun).

Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu

Firman Allah SWT :

9. [31]Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka[32]. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin)[33]; dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan[34]. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang orang yang beruntung (Al-Hasyr : 9)

[31] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahawa ada seorang yang datang kepada Nabi SAW, lalu Beliau meminta jamuan kepada para isterinya, namun isteri-isterinya menjawab, “Kita tidak memiliki apa-apa selain air.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Siapakah yang hendak membawa orang ini (ke rumahnya) dan menjamunya?” Lalu salah seorang Anshar berkata, “Saya.” Maka ia pergi dengannya menemui isterinya, ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah SAW.” Isterinya menjawab, “Kita tidak memiliki apa-apa selain makanan untuk anak-anakku.” Ia (suaminya) menjawab, “Siapkanlah makananmu, nyalakan lampu dan tidurkanlah anak-anakmu ketika mereka hendak makan malam.” Maka isterinya menyiapkan makanannya, menyalakan lampunya dan menidurkan anak-anaknya, lalu ia berdiri seakan-akan sedang memperbaiki lampunya, kemudian ia memadamkannya. Keduanya (Suami dan isteri) seakan-akan memperlihatkan kepada tamunya bahwa keduanya makan, sehingga keduanya tidur malam dalam keadaan lapar. Ketika tiba pagi harinya, maka ia mendatangi Rasulullah SAW, lalu Beliau bersabda, “Tadi malam Allah tertawa atau takjub melihat perbuatan kamu berdua.” Maka Allah SWT menurunkan ayat 9 surah al-Hasyr : “Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang orang yang beruntung.”
[32] Di antara sifat mereka yang indah adalah bahawa mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Hal itu, kerana cinta mereka kerana Allah; mereka pun mencintai orang-orang yang mencintai-Nya dan membela agama-Nya.
[33] “Dan mereka tidak menaruh rasa iri dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), “ berupa kelebihan dan keutamaan yang Allah berikan. Ayat ini menunjukkan selamatnya hati mereka (orang-orang Ansar) dan tidak adanya rasa dengki dan iri di hati mereka kepada kaum muhajirin.
[34]  di antara sifat orang-orang Anshar adalah Ithar , yaitu sikap mengutamakan orang lain daripada diri sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Sifat ini adalah mustahil  kecuali dari akhlak yang bersih serta mencintai Allah melebihi kecintaan dunia. Lawan  dari Ithar adalah atsarah yang ertinya mementingkan diri sendiri. Akhlak ini (atsarah) adalah akhlak tercela kerana  termasuk kebakhilan dan kekikiran, sedangkan orang yang diberi sikap Ithar, maka ia telah dijaga dari kekikiran dirinya.
Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih memerlukan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259)

Kisah Sa’ad bin ar-Rabi’ dengan Abdur Rahman bin Auf
Abdur Rahman bin Auf mengisahkan, “Ketika kami sampai di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan aku dengan Sa’ad bin ar Rabi’, maka Sa’ad bin ar Rabi’ mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar yang paling kaya, maka aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan kau pilih mana di antara dua isteriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan dia untuk engkau nikahi. Perawi mengatakan, “Abdur Rahman berkata, “Tidak usah, aku tidak ingin yang demikian itu.”
(HR al Bukhari dan Muslim)

Umar Al-Khattab dengan saudaranya Zaid
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar berkata, “Umar bin Khattab berkata kepada saudaranya Zaid  pada waktu perang Uhud,” Aku bersumpah agar kamu mau memakai baju besiku ini, maka Zaid pun memakai baju besi itu namun ia melepaskannya lagi. Maka Umar berkata kepadanya, “Ada apa denganmu (mengapa kau lepas)?“ Maka zaid menjawab, “Aku mengkehendaki terhadap diriku sebagaimana yang engkau kehendaki terhadap dirimu.”
(HR Ibnu Sa’d dan ath Thabrani dalam al Ausath)

Ibnu Umar dan Pengemis 
Nafi’ maula (klien) Ibnu Umar meriwayatkan, “Ibnu Umar suatu ketika sakit, dia sangat menginginkan anggur pada awal musimnya. Maka dia mengutus Shafiyah (isterinya) dengan membawa satu dirham untuk membeli anggur segar. Ketika pelayan (utusan) mengantarkan anggur, dia diikuti oleh seorang pengemis. Setelah sampai di pintu rumah, maka utusan masuk. Dari luar berkata pengemis, “Ada pengemis.” Maka Ibnu Umar berkata, “Berikan anggur itu kepadanya.” Maka utusan itu memberikan anggur tersebut kepada si pengemis.(HR al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/260). Dan demikian itu terulang hingga dua kali, sehingga Shafiyah meminta agar pengemis itu tidak kembali lagi untuk ketiga kalinya.


Ummul Mukminin Aisyah Ra dan Orang Miskin 
Anas bin Malik meriwayatkan dari Aisyah RA. bahawa ada seorang miskin meminta-minta kepadanya padahal dia sedang berpuasa, sementara di rumahnya tidak ada makanan selain sekerat roti kering, berkata Aisyah kepada pembantunya, “Berikan roti itu kepadanya,” si pembantu menyahut, “Anda nanti tidak memiliki apa-apa untuk berbuka puasa. Maka beliau berkata lagi, “Berikan roti itu kepadanya.” Perawi mengatakan, “Maka pembantu itu melakukannya, dan dia berkata, “Belum menjelang petang ada salah satu dari keluarga Nabi, atau seseorang yang menghantarkan daging kambing (masak) yang telah ia bungkus. Maka beliau memanggilku dan berkata, “Makanlah engkau, ini lebih baik daripada rotimu tadi.”
(HR Malik dalam al Muwaththa’ 2/997)


Abu Thalhah dengan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Abu Thalhah pada perang Uhud menjadi pasukan panah dengan posisi di depan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, dia memang seorang yang ahli memanah. Apabila Abu Thalhah memanah maka Rasulullah memperhatikan kemana sasaran anak panahnya mengena. Maka Abu Thalhah mengangkat dadanya (untuk melindungi Nabi) seraya berkata, “Begini wahai Rasulullah, supaya engkau tidak terkena sasaraan panah musuh, biarlah yang terkena adalah leherku bukan lehermu.”
(HR Ahmad dan selainnya, sanadnya shahih)

Di antara cara mengukuhkan Ukhuwah
1.    Memberitahu saudara kita bahawa kita sayang padanya.
2.    Apabila berpisah, kita mengharapkan doa daripadanya.
3.    Maniskan wajah bila bertemu.
4.    Segera menghulurkan tangan apabila bertemu.
5.    Melakukan ziarah dari semasa ke semasa
6.    Mengajukan ucapan selamat, tahniah dan menyukakan hatinya.
7.    Memberi hadiah
8.    Membantu hajat para sahabat
9.    Menyempurnakan hak ukhuwah :



No comments:

Post a Comment