UKHUWAH
Pengertian
Menurut kamus
dewan Ukhuwah bermaksud persaudaraan. Menurut Dr. Abdullah Nashih
Ulwan, Ukhuwah Islamiah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan perasaan yang
mendalam dengan kelembutan, cinta dan sikap hormat kepada setiap orang yang sama-sama
diikat dengan Aqidah, iman dan takwa.
Menurut Imam Hasan Al-Banna :
-Ukhuwah ialah : hati dan jiwa ditautkan dengan
akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kuat dan paling berharga.
-Ukhuwah adalah saudara bagi iman. Perpecahan
adalah saudara kepada kekufuran. Kekuatan yang paling ampuh ialah kekuatan
kesatuan. Tiada kesatuan tanpa kasih sayang.
-Kasih Sayang yang paling rendah ialah berlapang
dada dan yang paling tinggi ialah Ithar.
-Saudara Islam yang sebenar, memandang saudaranya
adalah lebih utama dari dirinya.
-Seorang mukmin dengan saudara mukmin yang lain
ibarat sebuah bangunan yang saling menguat antara satu sama lain.
-Ukhuwah adalah rahsia kekuatan dan tonggak
kejayaan.
Firman Allah SWT :
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan janganlah
kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika
kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu
maka kamu menjadi bersaudara.”
( Ali Imran [3]: 103).
“Dan (Dia-lah) yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman.
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu
tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allaah telah mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( Al
Anfal [8]: 63).
Kenikmatan ukhuwah karena Allaah yang berlandaskan iman
dan takwa inilah yang akan kekal sampai hari akhir. Firman-Nya :
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagian yang lain, kecuali orang yang bertakwa.” ( Az
Zukhruf [43]:67).
Dasar Perintah Ukhuwah
Diantara dasar wajibnya menggalang ukhuwah islamiyyah
adalah firman Allaah :
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin
adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan
bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.”
(al-Hujurat [49]: 10).
Sabda Rasulullah SAW :
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling
mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu
anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya)
dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ukhuwah ada 3 tingkatan.
1. Salamatussadri.( سلامة الصدر)
- berlapang dada dan bersangka baik
pada rakan2. Jika ada masalah, perlu dapatkan penjelasan.
2. Almasawaah (مساواة)
- kesama rataan. Apa yg kita dpt nak
dikongsikan bersama. Kongsi sama rata. Tak lebih tak kurang.
3. Al ithar (الايثار)
-Melebihkan. Apa yang kita dapat,
diberikan lebih pada org lain. Hanya sedikit utk diri sendiri.
KISAH UKHWAH
Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang
Yarmuk
Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi
Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan
diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling
menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan
dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan
mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan,
“Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya,
maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga
melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu
kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata
ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun).
Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu
Firman Allah SWT :
9.
[31]Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang
berhijrah ke tempat mereka[32]. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin)[33]; dan mereka
mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
memerlukan[34]. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah
orang orang yang beruntung (Al-Hasyr : 9)
[31] Imam
Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, bahawa ada seorang yang datang kepada Nabi SAW, lalu Beliau meminta
jamuan kepada para isterinya, namun isteri-isterinya menjawab, “Kita tidak
memiliki apa-apa selain air.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Siapakah yang
hendak membawa orang ini (ke rumahnya) dan menjamunya?” Lalu salah seorang
Anshar berkata, “Saya.” Maka ia pergi dengannya menemui isterinya, ia berkata,
“Muliakanlah tamu Rasulullah SAW.” Isterinya menjawab, “Kita tidak memiliki
apa-apa selain makanan untuk anak-anakku.” Ia (suaminya) menjawab, “Siapkanlah
makananmu, nyalakan lampu dan tidurkanlah anak-anakmu ketika mereka hendak
makan malam.” Maka isterinya menyiapkan makanannya, menyalakan lampunya dan
menidurkan anak-anaknya, lalu ia berdiri seakan-akan sedang memperbaiki
lampunya, kemudian ia memadamkannya. Keduanya (Suami dan isteri) seakan-akan
memperlihatkan kepada tamunya bahwa keduanya makan, sehingga keduanya tidur
malam dalam keadaan lapar. Ketika tiba pagi harinya, maka ia mendatangi
Rasulullah SAW, lalu Beliau bersabda, “Tadi malam Allah tertawa atau takjub
melihat perbuatan kamu berdua.” Maka Allah SWT menurunkan ayat 9 surah al-Hasyr
: “Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun
mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka
mereka itulah orang orang yang beruntung.”
[32] Di antara
sifat mereka yang indah adalah bahawa mereka mencintai orang-orang yang berhijrah
kepada mereka. Hal itu, kerana cinta mereka kerana Allah; mereka pun mencintai
orang-orang yang mencintai-Nya dan membela agama-Nya.
[33] “Dan
mereka tidak menaruh rasa iri dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan
kepada mereka (Muhajirin), “ berupa kelebihan dan keutamaan yang Allah
berikan. Ayat ini menunjukkan selamatnya hati mereka (orang-orang Ansar) dan
tidak adanya rasa dengki dan iri di hati mereka kepada kaum muhajirin.
[34] di antara sifat orang-orang Anshar adalah Ithar , yaitu sikap mengutamakan orang
lain daripada diri sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Sifat ini adalah
mustahil kecuali dari akhlak yang bersih
serta mencintai Allah melebihi kecintaan dunia. Lawan dari Ithar adalah atsarah yang ertinya
mementingkan diri sendiri. Akhlak ini (atsarah) adalah akhlak tercela kerana termasuk kebakhilan dan kekikiran, sedangkan
orang yang diberi sikap Ithar, maka ia telah dijaga dari kekikiran dirinya.
Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah
seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah
kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih
memerlukan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah
tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari
satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya
kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam
asy Syu’ab 3/259)
Kisah Sa’ad bin ar-Rabi’ dengan Abdur Rahman bin Auf
Abdur Rahman bin Auf mengisahkan, “Ketika kami sampai di
Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan aku dengan Sa’ad bin ar Rabi’, maka
Sa’ad bin ar Rabi’ mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar yang
paling kaya, maka aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan kau
pilih mana di antara dua isteriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan dia
untuk engkau nikahi. Perawi mengatakan, “Abdur Rahman berkata, “Tidak usah, aku
tidak ingin yang demikian itu.”
(HR al Bukhari dan Muslim)
Umar Al-Khattab dengan saudaranya Zaid
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar berkata, “Umar bin
Khattab berkata kepada saudaranya Zaid
pada waktu perang Uhud,” Aku bersumpah agar kamu mau memakai baju besiku
ini, maka Zaid pun memakai baju besi itu namun ia melepaskannya lagi. Maka Umar
berkata kepadanya, “Ada apa denganmu (mengapa kau lepas)?“ Maka zaid menjawab,
“Aku mengkehendaki terhadap diriku sebagaimana yang engkau kehendaki terhadap
dirimu.”
(HR Ibnu Sa’d dan ath Thabrani dalam al Ausath)
Ibnu Umar dan Pengemis
Nafi’ maula (klien) Ibnu Umar meriwayatkan, “Ibnu Umar
suatu ketika sakit, dia sangat menginginkan anggur pada awal musimnya. Maka dia
mengutus Shafiyah (isterinya) dengan membawa satu dirham untuk membeli anggur
segar. Ketika pelayan (utusan) mengantarkan anggur, dia diikuti oleh seorang
pengemis. Setelah sampai di pintu rumah, maka utusan masuk. Dari luar berkata
pengemis, “Ada pengemis.” Maka Ibnu Umar berkata, “Berikan anggur itu
kepadanya.” Maka utusan itu memberikan anggur tersebut kepada si pengemis.(HR
al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/260). Dan demikian itu terulang hingga dua kali,
sehingga Shafiyah meminta agar pengemis itu tidak kembali lagi untuk ketiga
kalinya.
Ummul Mukminin Aisyah Ra dan Orang Miskin
Anas bin Malik meriwayatkan dari Aisyah RA. bahawa ada
seorang miskin meminta-minta kepadanya padahal dia sedang berpuasa, sementara
di rumahnya tidak ada makanan selain sekerat roti kering, berkata Aisyah kepada
pembantunya, “Berikan roti itu kepadanya,” si pembantu menyahut, “Anda nanti
tidak memiliki apa-apa untuk berbuka puasa. Maka beliau berkata lagi, “Berikan
roti itu kepadanya.” Perawi mengatakan, “Maka pembantu itu melakukannya, dan
dia berkata, “Belum menjelang petang ada salah satu dari keluarga Nabi, atau
seseorang yang menghantarkan daging kambing (masak) yang telah ia bungkus. Maka
beliau memanggilku dan berkata, “Makanlah engkau, ini lebih baik daripada
rotimu tadi.”
(HR Malik dalam al Muwaththa’ 2/997)
Abu Thalhah dengan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Abu Thalhah pada
perang Uhud menjadi pasukan panah dengan posisi di depan Nabi Shalallaahu
alaihi wasalam, dia memang seorang yang ahli memanah. Apabila Abu Thalhah
memanah maka Rasulullah memperhatikan kemana sasaran anak panahnya mengena.
Maka Abu Thalhah mengangkat dadanya (untuk melindungi Nabi) seraya berkata,
“Begini wahai Rasulullah, supaya engkau tidak terkena sasaraan panah musuh,
biarlah yang terkena adalah leherku bukan lehermu.”
(HR Ahmad dan selainnya, sanadnya shahih)
Di antara cara mengukuhkan Ukhuwah
1. Memberitahu saudara kita bahawa kita sayang padanya.
2. Apabila berpisah, kita mengharapkan doa daripadanya.
3. Maniskan wajah bila bertemu.
4. Segera menghulurkan tangan apabila bertemu.
5. Melakukan ziarah dari semasa ke semasa
6. Mengajukan ucapan selamat, tahniah dan menyukakan
hatinya.
7. Memberi hadiah
8. Membantu hajat para sahabat
9. Menyempurnakan hak ukhuwah :
No comments:
Post a Comment